Jumat, 07 Desember 2012

Aliran-Aliran Filsafat



Aliran-aliran dalam filsafat dapat diberi nama tergantung dari obyeknya, tokohnya, atau sesuai sifatnya.
-          Aliran filsafat yang diberi nama tergantung dari obyeknya
Contoh: filsafat yang obyeknya berupa benda-benda alam disebut filsafat alam.
-          Aliran filsafat yang diberi nama tergantung dari tokohnya
Contoh: Hegealisme merupakan aliran filsafat yang dipelopori oleh Hegel. Ia berpendapat bahwa segala yang ada dan mungkin ada berjarak.
-          Aliran filsafat yang diberi nama tergantung dari sifatnya
Contoh: sifat benda dalam pikiran adalah ideal, maka filsafat yang berhubungan dengan pikiran diberi nama idealism.
Ideal itu tetap, sehingga alirannya sesuai dengan Permenidesisme. Oleh karena itu, pikiran Plato sejalan dengan Permenides. Bilangan itu tetap karena ada di pikiran. Namun jika berada di luar pikiran, bilangan itu plural. Contohnya, bilangan 5 itu ada yang besar, ada yang kecil, bilangan 5 ini, bilangan 5 itu. Bilangan yang bersifat plural ini sesuai dengan aliran realism, dengan tokohnya Aristoklien.
Selain cara penamaan aliran di atas, filsafat juga dapat diberi nama sesuai dengan aktivitasnya. Misalnya filsafat yang dimulai dengan bertanya disebut dialektik. Tokoh dari aliran ini adalah Socrates.
Suatu aliran filsafat yang meyakini bahwa yang benar hanya satu, maka aliran ini disebut monoisme. Berdasarkan aliran ini, maka tidak lain dan tidak bukan bahwa yang benar itu hanya Tuhan.
Suatu aliran filsafat yang meyakini bahwa sesuatu yang bernilai benar itu banyak maka aliran ini disebut pluralism. Jika sesuatu yang bernilai benar itu banyak, maka berkaitan dengan urusan dunia. Namun jika berurusan dengan hati, maka sesuatu yang benar itu hanya satu.
Suatu aliran yang meyakini bahwa sesuatu yang bernilai benar itu ada dua, maka aliran ini disebut dualism. Dualisme ini biasanya bernilai benar salah, baik buruk, dan sebagainya. Masyarakat Indonesia pada umumnya menganut aliran ini, yaitu hanya dapat menggunakan baik atau buruk. Masayarakat Indonesia kurang terampil membuat penjelasan dari sesuatu hal yang terletak di antara baik dan buruk.
Suatu aliran yang meyakini bahwa sesuatu yang benar itu adalah diri sendiri disebut subyektifisme. Sedangkan suatu aliran yang mengakui pendapat orang lain selain meyakini diri sendiri yang benar disebut obyektifisme. Untuk memahami aliran-aliran ini, bukanlah hal yang sederhana. Namun melalui tahap-tahap yang panjang, termasuk abstraksi.
Determinisme. Manusia tidak dapat lepas dari to determine (menentukan). Contoh dari to determine ini adalah ketika memilih baju untuk digunakan. Ketika itu, kita to determine atau menentukan nasib baju kita. Dari aliran ini, maka dapat diketahui bahwa determine absolute adalah Tuhan. Manusia yang memiliki hobi mennetukan sifat disebut determining. Contohnya adalah manusia yang suka mengatur, misalnya ini coret saja, ini pindah ke sana, ini kurangi, ini tambahi, dll. Filsafat yang memiliki gambaran seperti ini disebut determinisme. Selain filsafat ini, ada aliran filsafat yang berpandangan bahwa sesuatu yang benar itu berasal dari yang berkuasa. Aliran ini disebut otoritarianisme. Jika kita melihat atau memikirkan, maka kita sedang determine. Determine sejalan dengan reduksi (memilih). Kodrat manusia adalah memilih dan dipilih. Kodrat ini telah ada sejak kita klahir, yaitu kita lahir dari rahim siapa, itu sudah ditentukan Tuhan, kita tidak bisa memilih. Reduksi dan determine merupakan metode yang sangat ampuh tetapi sekaligus berbahaya dan merugikan. Misalkan kita menatap suatu obyek, maka kita kehilangan kesempatan untuk memandang yang lain. Padahal obyek yang lain memiliki kesempatan yang sama untuk dipandang. Hal ini bersifat reduksi sekaligus determine. Determine sangat berbahaya jika menutupi sifat yang lain.
Dalam perkuliahan, duduk sama rendah memiliki arti bahwa dosen dan mahasiswa memiliki kedudukan yang sama dalam hal mencari kebenaran. Oleh karena itu, perkuliahan tidak dalam proses memberi filsafat, namun hanya menyediakan fasilitas. Berfilsafat tidak bisa menggunakan metode yang instan. Filsafat itu hidup, maka untuk mempelajarinya harus menggunakan metode hidup. Metode hidup berarti bergaul, berinteraksi, membaca terus menerus. Kita hidup karena berinteraksi dengan udara, meski dalam keadaan tidur. Filsafat tidak dapat dihafalkan, tetapi harus didalami tiap-tiap kata yang ada di dalamnya.
Filsafat yang mengakui bahwa hal yang benar itu berasal dari dewa disebut transendentalisme. Yang dimaksud dewa dalam hal ini adalah orang yang dimensinya lebih tinggi setingkat dari orang atau obyek lain yang ada di bawahnya. Misalnya, seseorang menjadi dewa bagi adiknya, guru merupakan dewa bagi muridnya, dll. Koruptor merupakan dewa juga sehingga penangkapan koruptor hanya dapat dilakukan oleh dewa juga, yaitu KPK. Oleh karena itu dewa merupakan setiap apa yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya. Dahulu, orang Jawa jika ingin bertemu dewa harus naik gunung terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode tradisional untuk memahami dewa. Mahasiswa tidak ikut dalam rapat jurusan karena itu rapat para dewa, apalagi sidang kabinet. Orang yang dapat ke sana adalah orang yang terpilih dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Dalam pewayangan, orang-orang ini digambarkan sebagai Arjuna, Gatutkaca, Antasena, dll, yang mampu naik ke kahyangan, yang biasanya juga merupakan keturunan dewa.
Salah satu yang dipelajari dalam filsafat adalah cara komunikasi para dewa sehingga belajar filasafat tidak mudah karena berdimensi-dimensi. Jika orang mawam mengatakan makan dengan mangan, maem, madang, maka untuk para dewa digunakan istilah dhahar. Jika orang awan memanggil orang yang lebih tua dengan kata panjenengan, sampeyan, maka untuk memanggil raja digunakan istilah sampeyan dalem. Jika kita mengatakan “kula nitih kreta”, berarti kita tidak tahu tata karma karena menggunakan bahasa dewa untuk diri sendiri. Orang yang tidak tahu tata karma adalah orang yang paling bodoh karena tata karma itu ilmu. Oleh karena itu, berfilsafat itu bersopan santun kepada yang ada dan yang mungkin ada.
Suatu aliaran filsafat yang meyakini bahwa seseorang yang benar itu adalah seseorang yang beruntung, maka aliran ini disebut kapitalisme. Penjelasan dalam buku tidak sesederhana ini. Seperti Matematika, suatu hal benar saat dipikirkan, namun ketika diucapkan atau ditulis dapat bernilai salah. Empat tidak sama dengan empat. Hal ini benar ketika dipikirkan, namun ketika diucapkan salah. Filsafat itu terbatas, ucapan pertama berbeda dengan ucapan kedua. Oleh karena itu filsafat berhukum kontradiksi, yaitu berbeda.
Dalam filsafat, jika sekelompok orang tidak bertanya, tidak berpikir, dan ditanya tidak bisa, maka sekelompok orang itu dianggap tidak ada.
Apakah ada istilah lain yang dapat digunakan untuk menggantikan kata “dewa”?
Kata “dewa” merupakan kata yang tepat untuk mewakili sifat-sifat yang ada. Filsafat menggunakan bahasa analog, bahasa yang lebih tinggi dari bahasa kiasan. Jika kita menggunakan kata lain, harus dipertimbangkan apakah kata tersebut dapat memenuhi sifat-sifat “dewa”. Itulah bahayanya jika filasafat digunakan tidak pada konteksnya sehingga ketika bilang bahwa kamu adalah dewa bagi adikmu, maka hal tersebut sudah salah karena telah keluar dari kelas. Padahal niatnya ingin membawa filsafat keluar, itu yang salah karena tidak kontekstual. Bahayanya filsafat taarbiyal dan tidak kontekstual, sepenggal-sepenggal, tidak utuh. Jika utuh, harusnya adil, diterangkan semua. Jika berbicara kepada adik “Aku dewa bagi adik, dan adik dewa bagi bajumu”. Hal ini salah karena berbicara pada orang yang belum semestinya. Filsafat itu refleksif, berarti hanya orang dewasa dan orang yang mampu memikirkannya. Meski sudah tua, belum tentu dewasa pikirannya.
Fungsi tes yang diadakan adalah membuka wawasan. Artinya kalau belum kenal, dikenalkan dulu baru dijelaskan. Itulah prinsip membuat yang mungkin ada menjadi ada.
Apakah lingkungan dewa seperti lingkungan manusia?
Dewa seperti manusia, punya raja, punya rakyat, juga ada yang selingkuh. Contohnya lahirnya Bathara Kala karena selingkuhnya Bathara Guru dan Dewi Durga. Karena spermanya jatuh di laut, maka jadi raksasa. Akibat dari ini, maka koruptor juga akan menghasilkan anak-cucu yang jahat, koruptor juga. Terjadinya multi dimensi, dimensi peperangan, merupakan ulah para dewa. Pemberontakan PKI juga merupakan ulah para dewa, ulah kepemimpinan komunis. Contoh negara yang dipimpin oleh komunis adalah Kamboja. Ketika komunis menang, kapitalisme dicuci bersih hingga ke akar-akarnya. Komunis tidak memerlukan orang pandai, yang penting orang yang jujur, penurut, tradisional, dan petani, semua dikelola oleh negara, milik negara, maka orang yang cerdas dibasmi. Caranya dengan mengumpulkan semua warna di beberapa camp. Di dalam camp, warga diberi pengumuman melalui tayangan. Pengumuman ditampilkan dalam waktu yang sekejap sehingga warga tidak sempat berkomunikasi. Kemudian warga dilepaskan di lapangan agar memenuhi perintah yang ada di pengumuman. Orang yang bisa memenuhi permintaan merupakan orang yang akan dibunuh karena dia pintar dan terkena pengaruh Amerika. Orang tersebut awalnya dibawa dengan truk menuju ke lapangan untuk menggali lubang, kemudian orang-orang tersebut di tembaki. Kemudian orang-orang yang selanjutnya diminta menimbunnya dan ditembaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar